Segenap rasa aku titipkan dalam diam di pelukanmu, puluhan peluh yang jatuh menandakan betapa letihnya melewati hari hari ini. Namun berada di dekatmu seakan menjadi obat penawar lelah. Kamu selalu disana saat aku membutuhkan sayap untuk melindungi tubuhku yang rapuh. Kamu selalu ada disaat aku membutuhkan senyum yang membuatku merasa tenang. Kamu selalu disana, menanti kapan pun aku ingin pulang, tanpa pernah berniat untuk beranjak pergi.
Kemanapun langkah membawaku pergi, kemanapun tempat yang akan aku kunjungi, lantas bayang mu akan selalu mengikuti langkahku, seakan tak ingin lepas. Seakan mengikatku untuk selalu kembali, seakan memberi ku tanda bahwa aku harus segera pulang.
Lantas apa pun yang aku lakukan tanpamu, membuatku kian merasakan rindu, yang membuatku ingin bergegas menyelesaikan hari untuk segera pulang menemui kamu.
Kamu, tempat ku untuk kembali...
Tempatku menyandarkan rasa
Tempatku untuk berpaling dari segala hal rumit yang aku lalui
Tempatku untuk menyimpan segala keluh kesah
Tempatku untuk selalu pulang.
Alneila Shafira
My world
Saturday, May 16, 2015
Sunday, March 22, 2015
Senja Itu Milik Kita
Hembusan angin
menerbangkan suara riuh akan tawa mu dan tawa ku, seolah menjadi pendengar bisu
akan apa yang kita bicarakan bersama. Menghabiskan sisa waktu senja berdua
denganmu, dengan ditemani secangkir minuman yang diselangi dengan senda gurau. Tanpa
kamu sadari, mata ku tak pernah lepas menatap raut wajahmu, seakan tak ingin
melewatkan satu pun mimik yang kamu tunjukkan. Alam sadar ku pun menyadari,
perlahan dalam hati aku berkata sambil terus memperhatikan mu “Ya, dia orang
yang sekarang tepat berada di depanku, adalah anugerah yang telah tuhan berikan
padaku, dan aku sangat menyayangi nya”.
Entah sudah
berapa puluh menit yang kita habiskan bersama, namun rasanya tak rela untuk
menghabiskan senja terlalu dini. Bahkan rasanya ingin menghentikan waktu saat
itu juga walaupun aku tak tahu bagaimana caranya. Namun waktu kian berputar
sehingga membuat kita harus segera mengakhiri hari. Dengan berat hati kita
melangkah pulang dan meninggalkan tempat yang
menjadi saksi akan kebersamaan kita.
Namun sehingga
senja pergi pun rasanya tak mampu melupakan setiap detik yang aku lewati
bersamamu, bahkan aku terlalu larut dalam perasaan bahagia yang kian membawaku
terbang menuju langit bebas. Sehingga semua yang berbau dunia sejenak
terlupakan olehku.
Ya, senja itu
milik kita, milik mu dan milik ku. Dibawah langit oranye yang indah, aku titipkan
sejenak kenangan yang telah membekas. Dengan segala keadaan, dengan segala
tempat, menjadi segala hal pemanis kenangan kamu dan aku.
Sunday, March 1, 2015
Sekarang dan Nanti
Semua yang
berlalu, biarlah berlalu. Namun ini tentang kita, tentang masa dimana kamu dan aku bersama, tanpa ada orang lain
diantara kita. Bisakah aku meminta hentikan waktu untuk saat ini? semua terasa
berlalu begitu cepat. Aku ingin setiap saat yang aku lewati bersamamu, bisa
terekam dengan indah tanpa ada satu detik pun yang terlewatkan. Aku tau belum
lama kita bersama namun rasa takut akan kehilangan ini sudah mulai ada sejak
kamu masih bukan milikku.
Kamu punya masa
lalu, begitu juga dengan aku. Namun saat ini kita menjalani semuanya bersama
sama, tidak ada lagi waktu untuk melihat kebelakang. Mungkin kamu mempunyai
masa lalu yang indah dan tak akan pernah kamu lupakan seumur hidupmu, mungkin
masa yang kamu jalani sekarang ini belum tentu bisa seindah masa lalumu itu,
namun izinkan aku menunjukkan bahwa dunia bukan milik masa lalu mu. Aku di
sini, di depan matamu, mengajakmu melangkah menatap masa depan.
Tetapi aku kian
berharap tak pasti, membayangkan bahwa dongeng bukan hanya sekedar fiksi,
berharap keajaiban datang dan sejenak bertanya “Apa yang kamu inginkan?” lantas
aku menjawab “Aku hanya ingin terus bersamanya” lalu sang keajaiban menjawab “Baiklah,
akan aku kabulkan”. Tetapi kehidupan tak seramah cerita fiksi, butuh perjuangan
dan pengorbanan untuk tetap mempertahankan apa yang sekarang menjadi milikku.
Namun akhirnya
aku memilih untuk percaya, bahwa tak ada satu pun hal di dunia ini yang tak
mungkin, walaupun berat dan banyak cobaan, selagi mampu semua akan aku lakukan
untuk berjalan dan menata masa depan yang telah mengucapkan salam pertemuan. Menjalani
detik demi detik dan mencoba lebih menghargai waktu yang tuhan berikan untuk
bersamamu.
Percayalah, aku
tak akan membuat keadaan memburuk, hanya lebih baik dari yang kita harapkan,
hanya lebih indah dari dongeng yang kamu baca. J
Thursday, February 27, 2014
Aku Masih Ingin Tinggal.
Aku tau kamu tak lagi disini. Tak ada lagi di ruang sempit yang kita namakan hati. Kamu beranjak pergi entah kemana. Meninggalkan segala kenangan yang masih membekas di dalam hati ini. Kamu tak lagi pernah muncul dalam mimpi ku, tak lagi pernah muncul dalam dinginnya malam ku. Kini kamu benar benar pergi.
Semudah itu kah melangkah pergi dan meninggalkan segala kenangan yang ada? Semudah itu kah kamu pergi untuk mencari kehidupan baru tanpa disertakan aku di dalamnya? Semudah itu kah semua itu kamu lakukan?
Aku tidak ingin menyalahkan kamu, hanya ingin menyalahkan perasaan ku yang tak kunjung padam terhadapmu. Hanya ingin menyalahkan keadaan yang membawa aku begitu larut dalam kenangan masa lalu. Hanya ingin menyalahkan perasaan yang seharusnya tidak ada.
Kamu begitu mudah pergi. Tapi aku? Rasanya berat melangkahkan kaki ku berjalan keluar dari kenangan antara kamu dan aku. Rasanya sulit untuk melepaskan genggaman tangan yang selama ini selalu menghiasi sela sela jari ku. Rasanya sulit melepaskan tubuh yang selama ini menjadi tiang hidupku. Rasanya sulit meninggalkan bahu yang selama ini menjadi tempatku menyembunyikan air mata. Rasanya sulit membiarkan kamu pergi mencari kehidupanmu yang baru.
Aku masih ingin tinggal. Masih ingin merasakan hangatnya bekas peluk mu. Masih ingin merasakan setiap sentuhan tanganmu. Masih ingin terus menunggu sampai kamu kembali, sampai kamu menyadari bahwa aku tidak pernah berminat pergi. Aku masih menyimpan secercah harapan agar suatu saat kamu bisa kembali, kepadaku.
Semudah itu kah melangkah pergi dan meninggalkan segala kenangan yang ada? Semudah itu kah kamu pergi untuk mencari kehidupan baru tanpa disertakan aku di dalamnya? Semudah itu kah semua itu kamu lakukan?
Aku tidak ingin menyalahkan kamu, hanya ingin menyalahkan perasaan ku yang tak kunjung padam terhadapmu. Hanya ingin menyalahkan keadaan yang membawa aku begitu larut dalam kenangan masa lalu. Hanya ingin menyalahkan perasaan yang seharusnya tidak ada.
Kamu begitu mudah pergi. Tapi aku? Rasanya berat melangkahkan kaki ku berjalan keluar dari kenangan antara kamu dan aku. Rasanya sulit untuk melepaskan genggaman tangan yang selama ini selalu menghiasi sela sela jari ku. Rasanya sulit melepaskan tubuh yang selama ini menjadi tiang hidupku. Rasanya sulit meninggalkan bahu yang selama ini menjadi tempatku menyembunyikan air mata. Rasanya sulit membiarkan kamu pergi mencari kehidupanmu yang baru.
Aku masih ingin tinggal. Masih ingin merasakan hangatnya bekas peluk mu. Masih ingin merasakan setiap sentuhan tanganmu. Masih ingin terus menunggu sampai kamu kembali, sampai kamu menyadari bahwa aku tidak pernah berminat pergi. Aku masih menyimpan secercah harapan agar suatu saat kamu bisa kembali, kepadaku.
Friday, November 8, 2013
Satu Masa Sulit, Saat Kamu Tidak Bersamaku Lagi
Sejak kepergian kamu, aku tidak beranjak. Aku masih disini, masih setia menunggu kehadiranmu kembali. Namun apa daya, kamu tidak kunjung kembali. Kamu lebih memilih bersembunyi dan tidak menunjukkan batang hidungmu sekali pun. Entah dimana kamu sekarang, entah bersama siapa, entah lagi apa. Aku selalu bertanya, apakah melepasmu pergi adalah sebuah bentuk kesalahan besar yang telah aku lakukan? Tapi kalau pun bertahan, apa masih bisa sama seperti awal kita bersama? Kamu berubah, aku benci perubahan itu. Kamu seakan tidak menganggapku ada, selalu sibuk dengan hidupmu sendiri, tanpa pernah sedikitpun menoleh kepadaku.
Namun rasa itu tidak pernah hilang, masih tetap bersarang dihati ini, masih terus bertahan dan mungkin juga semakin tumbuh besar. Apakah masih ada namaku dihatimu? Layaknya namamu yang masih lekat dihatiku. Aku sayang kamu, tak pernah sekalipun mencoba untuk melupakan kamu, terus membiarkan diriku lenyap dalam ikatan masa lalu, membiarkan ragaku melayang menembus masa yang seharusnya aku lupakan.
Tapi sekarang, kamu kembali, kembali tepat dihadapanku. Menggenggam jemari lain, terlihat erat seakan tidak ingin dipisahkan. Aku hancur, melihat kejadian yang sangat tidak ingin aku lihat. Kini kamu telah dengan yang lain, aku hanya bisa diam meratapi senyummu dari kejauhan. Ingin melampiaskan tapi hanya bisa diam. Tidak lagi punya hak untuk marah, untuk cemburu.
Aku harap kamu bisa mengerti keadaanku, bahwa melupakan kamu bukan lah hal mudah. Aku tidak akan pergi, tidak akan beranjak, hanya diam menikmati perjalanan waktu, dan membiarkan perasaanku berlalu dengan sendirinya tanpa ada usaha untuk melupakanmu. Tapi satu hal yang pasti, aku yakin aku akan bisa melupakanmu, suatu hari nanti.
Namun rasa itu tidak pernah hilang, masih tetap bersarang dihati ini, masih terus bertahan dan mungkin juga semakin tumbuh besar. Apakah masih ada namaku dihatimu? Layaknya namamu yang masih lekat dihatiku. Aku sayang kamu, tak pernah sekalipun mencoba untuk melupakan kamu, terus membiarkan diriku lenyap dalam ikatan masa lalu, membiarkan ragaku melayang menembus masa yang seharusnya aku lupakan.
Tapi sekarang, kamu kembali, kembali tepat dihadapanku. Menggenggam jemari lain, terlihat erat seakan tidak ingin dipisahkan. Aku hancur, melihat kejadian yang sangat tidak ingin aku lihat. Kini kamu telah dengan yang lain, aku hanya bisa diam meratapi senyummu dari kejauhan. Ingin melampiaskan tapi hanya bisa diam. Tidak lagi punya hak untuk marah, untuk cemburu.
Aku harap kamu bisa mengerti keadaanku, bahwa melupakan kamu bukan lah hal mudah. Aku tidak akan pergi, tidak akan beranjak, hanya diam menikmati perjalanan waktu, dan membiarkan perasaanku berlalu dengan sendirinya tanpa ada usaha untuk melupakanmu. Tapi satu hal yang pasti, aku yakin aku akan bisa melupakanmu, suatu hari nanti.
Wednesday, July 24, 2013
Jarak Yang Kadang Menyiksa
Jarak, kadang membuat rindu terasa sulit. Memisahkan apa yang seharusnya dipersatukan. Jarak juga terkadang menjadi cobaan, cobaan untuk saling setia dan saling mempercayai. Kamu disana, sedangkan aku disini, terkadang saling bertemu dalam pelukan doa dan mimpi.
Jarak terkadang kejam, membiarkan dua anak manusia bergulat dengan rindu tanpa bisa melepaskan diri dari jeratan air mata. Membiarkan dua anak manusia berjuang sendiri untuk saling melepaskan diri dari keadaan yang menyiksa batin.
Aku, kamu, adalah kita. Dua orang yang saling berjuang melawan rindu, saling menguatkan diri akan keadaan, selalu bertanya kepada waktu "Kapan semua ini akan berakhir?" hanya saja waktu belum bisa menjawab pertanyaan yang selama ini mengganggu benak fikiran kita. Aku hanya bisa mengobati rindu dengan mendoakanmu, terkadang memimpikan kamu dan juga berhalusinasi akan kamu. Hanya bisa menangis saat apa yang selalu aku lakukan tak akan bisa mengobati rindu itu lagi.
Mungkin jarak bukan cuma soal ratusan meter atau bahkan ratusan kilometer yang memisahkan, tapi juga soal siapa dan apa yang memisahkan dan menjauhkan kita.
Tapi, jarak yang kadang menyiksa ini membuatku belajar arti kesetiaan, kepercayaan, dan mungkin juga kesabaran. Setidaknya kita bisa bernafas lega, karena jarak bukanlah suatu hal yang bisa memisahkan kita, jarak hanya sekedar 'Jarak' yang menjadi bumbu pemanis dalam tautan rindu. Kita harus percaya, suatu saat kita bisa saling bertemu, saling berpelukan melepas rindu itu pergi jauh, tanpa peduli akan jarak, dan bertanya kepada waktu.
Salam dariku disini. Aku, merindukanmu.
Jarak terkadang kejam, membiarkan dua anak manusia bergulat dengan rindu tanpa bisa melepaskan diri dari jeratan air mata. Membiarkan dua anak manusia berjuang sendiri untuk saling melepaskan diri dari keadaan yang menyiksa batin.
Aku, kamu, adalah kita. Dua orang yang saling berjuang melawan rindu, saling menguatkan diri akan keadaan, selalu bertanya kepada waktu "Kapan semua ini akan berakhir?" hanya saja waktu belum bisa menjawab pertanyaan yang selama ini mengganggu benak fikiran kita. Aku hanya bisa mengobati rindu dengan mendoakanmu, terkadang memimpikan kamu dan juga berhalusinasi akan kamu. Hanya bisa menangis saat apa yang selalu aku lakukan tak akan bisa mengobati rindu itu lagi.
Mungkin jarak bukan cuma soal ratusan meter atau bahkan ratusan kilometer yang memisahkan, tapi juga soal siapa dan apa yang memisahkan dan menjauhkan kita.
Tapi, jarak yang kadang menyiksa ini membuatku belajar arti kesetiaan, kepercayaan, dan mungkin juga kesabaran. Setidaknya kita bisa bernafas lega, karena jarak bukanlah suatu hal yang bisa memisahkan kita, jarak hanya sekedar 'Jarak' yang menjadi bumbu pemanis dalam tautan rindu. Kita harus percaya, suatu saat kita bisa saling bertemu, saling berpelukan melepas rindu itu pergi jauh, tanpa peduli akan jarak, dan bertanya kepada waktu.
Salam dariku disini. Aku, merindukanmu.
Saturday, June 29, 2013
Jika Hari Esok Bukan Milikku
Manusia tidak pernah tau kapan hidupnya akan berakhir.
Kematian adalah rahasia tuhan, tidak ada satupun manusia yang bisa menolak
kematian. Begitu juga aku, aku sama seperti manusia yang lain, tidak tau kapan
akan berpulang kepada sang pencipta.
Satu hal yang aku tau, kematian pasti akan datang, mau tidak
mau kita harus siap menghadapinya. Tidak ada satu alasan pun untuk menolak
kematian, karena kematian adalah takdir bagi setiap umat manusia.
Jika hari esok bukan milikku, satu hal yang aku harapkan
darimu, tetaplah bersamaku, tetaplah menggenggam tanganku sesaat sebelum aku
pergi dari hadapanmu. Walaupun meninggalkanmu bukan pilihanku, tapi itu harus
aku jalani, itu takdir. Tuhan yang menghendaki semuanya.
Adakah jalan untuk kita tetap bersama? Aku tidak ingin
berpisah, sekalipun kematian yang memisahkan kita. Aku takut, bahkan sangat
takut, kehilangan kamu yang selalu menjadi bagian dari setiap tawa dan
tangisku.
Aku tidak perduli dengan waktu, berapapun sisa waktu yang aku
miliki untuk terus bernafas, aku ingin kamu ada, selalu ada disampingku. Aku
tidak peduli dengan jarak, seberapa jauh jarak yang memisahkan kita, aku yakin
kita saling hidup dan bekerja dihati dan fikiran satu sama lain.
Jika hari esok benar benar bukan untukku, satu pesanku,
jangan pernah gantikan aku dengan yang lain. Aku ingin terus menjadi bagian
paling indah dalam hidupmu. Ingin terus
menjadi kenangan, karena saat aku mati, aku hanya bisa hidup dalam kenanganmu.
Subscribe to:
Posts (Atom)